Jumat, 27 Maret 2015

Sepiku Sepimu

Bertanyalah sepi pada diamku, "Kenapa engaku murung wahai diam? Bukankah engkau adalah emas? Sedangkan emas adalah piala yang diperebutkan manusia. Tak usahlah kau melakukan hal bodoh."

Tetaplah diamku takkan menjawabnya. Diam sudahlah sangat mengerti akan arti dirinya.

Namun hati tak dapat berhenti mengeluh. Hati tak dapat memendam lagi. Isi hati tumpah ruah pada sepi. "Wahai sepi, Kenapa dikau bertanya pada diamku? Biarlah aku yang mengatakan semua padamu."

"Diam hanyalah menghawatirkan seseorang yang tak pernah tergoda oleh emas. Jika terlalu lama aku diam, nanti dia tak lagi menghiraukanku. Daku bingung wahai sepi. Dapatkah engkau membantuku?"

Segera sepi pun menjawab, "Wahai hati, ketahuilah sesuatu tentangku. Aku adalah sepi, aku ada dimana-mana. Sepimu dan sepinya adalah satu. Kau berbicara padaku saja sudah cukup untuk dia mendengar."

Hati hanya bisa memohon pada sepi, "Wahai sepi, sampaikanlah padanya. Tentang segala kerinduan yang selalu ku tumpahkan padamu. Tentang cemburu, cemburuku pada apa saja yang ingin mengambilnya dariku. Wahai sepi, jangan pernah engkau buat hatinya goyah karnamu. Jadilah sahabat untuk menemaninya saat ia merindukanku."

Sepi...

_g

Tidak ada komentar:

Posting Komentar